Minggu, 13 Maret 2016

Pura Tirta Sudamala Mata Air Suci Dari Pohon Bunut Tua

pura tirta sudamala
Bagian depan pura tirta sudamala

Om Swastiastu, hari ini colekpamor.blogspot.com merekomendasikan salah satu tempat melukat yang cukup terkenal terletak di Banjar Sedit, Desa Bebalang, Kabupaten Bangli, yaitu Pura Tirta Sudamala.

Berbeda dengan pengelukatan di Pura Tirta Empul yang berupa kolam layaknya pemandian, pura tirta empul memiliki kesan menarik. Yang ingin kembali menikmati alam, ini pura yang tepat dengan air pancuran yang alami didampingi sungai yang masih liar dan tumbuhan alami.

Perjalanan ke pura ini lumayan bagi pengendara mobil, karena jalan menuju ke pura ini sempit dan dikhususkan untuk pengguna sepeda motor. Jadi bisa jalan kaki atau sewa ojek juga ada disana.

Perjalanannya lumyan jauh melewati rumah-rumah warga berjarak kira-kira 200m, tapi sambil cuci mata dengan alam gak akan terasa perjalanan yang jauh.

Pura Tirta Sudamala terletak di bagian bawah jadi kita harus menyusuri beberapa anak tangga untuk sampai kesana.

Pura tirta sudamala memiliki arti “tirta” berarti air suci dan “sudamala” memiliki makna membersihkan dari kotoran atau mensucikan diri. Jadi pura tirta sudamala berarti air suci untuk membersihkan diri atau mensucikan diri.

Pancuran air alami ini diyakini warga memiliki energy spiritual dari ida shang hyang widhi wasa sebagai tempat melukat (membersihkan diri) dan mesudamala (menyucikan diri).

Air pancuran ini mengalir dari mata air alam di sekitar pohon bunut besar yang sudah berumur ratusan tahun. 

Selain sebagai tempat melukat, airnya juga dikonsumsi untuk kebutuhan air minum oleh warga setempat.



Asal Muasal Pura Tirta Sudamala


pura tirta sudamala
pura tirta sudamala

Di dalam prasasti termuat sejarah asal usul berdirinya pura tirta sudamala.

Diceritakan pura ini berdiri berawal dari kisah perjalanan ida pedande hender atas permintaan raja bangle yang saat itu berkuasa.

Ida pedande hender diminta untuk mencari tiga sumber mata air suci yang akan digunakan dalam upacara besar oleh pihak kerajaan.

Beliau kemudian bersemedi untuk meminta petunjuk, dalam meditasinya beliau mendapatkan menemukan lokasi mata air yang diinginkanya.

Bilau berjalan menyusuri hutan kea rah utara hingga akhirnya sampai di lokasi mata air suci yaitu mata air sudamala.

Sejak ditemukanya mata air tersebut masyarakat kemudian membangun pelinggjh di dekat dengan mata air sudamala ini.

Karena air ini diyakini suci maka penglingsir atau tetua masyarakat setempat mesesangi atau membuat sebuah janji.

Jika mata air sudamala ini dapat mengusir hama di sawah mereka maka tempat tersebut akan dibangun pelinggih atau tempat suci sebagai wujud terimakasi warga.

Dan hal itu terjadi, berkat air dari mata air sudamala ini berhasil mengusir hama di sawah warga.

Maka sesuai janji maka di bangun pura yang tidak jauh dari mata air yang bernama Pura Tirta Sudamala.


pura tirta sudamala
pancuran tirta sudamala

Lokasi Pancuran tirta sudamala

Pancuran tirta sudamala ini berada di tengah rimbunya pohon yang tumbuh secara alami yang jauh dari keramaian. 

Sehingga memberikan nuansa spiritual dan tepat digunakan untuk tempat refleksi dan meditasi diri.

Air murni yang keluar dari sela pohon bunut ini tidak pernah habis walau di musim kering sekalipun.

Di hari banyu pinaruh yang jatuh setiap enam bulan sekali merupakan hari menyucikan diri dengan sarana air dimana pancuran tirta sudamala ini dipadati oleh para umat yang ingin melakukan pengelukatan. 

Pura Tirta Sudamala, memiliki sejumlah pancuran dengan ukuran dan ketinggian berbeda kurang lebih terdapat sekitar 11 pancuran.

Dengan 9 pancuran keberadaanya lebih tinggi dan 2 lainnya lebih rendah

Ini diyakini bermakna jumlah pancoran yang terdapat di tirta sudamala mencapai 9 pancoran yang mencirikan Dewata Nawa Sanga

Dua pancoran yang tingginya sekitar 2 meter yang diyakini sebagai panglukatan Widyadara Widyadari yang biasanya diperuntukkan kepada orang yang baru selesai menjalani upacara mepandes atau potong gigi.

Saran penulis jika ingin datang ke pura ini, berpakaianlah yang standar dan bagi wanita jangan menggunakan sandal yang berhak tinggi, karena banyak sekali kejadian salah busana sehingga repot saat perjalanan ke pura ini. Sekian akhir perjalanan ini semoga bisa menjadi tuntunan perjalanan anda, terimakasih sudah membaca, Om shanti, Shanti, Shanti Om.

Sabtu, 12 Maret 2016

Pura Purohita Sebagai Lingga Siwa Tertinggi Di Dunia

gambar pura purohita
gambar pura purohita
Selain Janger koloknya yang mendunia, Buleleng juga mempunyai hal baru yang langsung terkenal di dunia yaitu Pura Purohita. Bagi yang tinggal di Buleleng mungkin tidak asing dengan pura yang baru berdiri ini. 

Pura Purohita tepatnya terletak di Desa Unggahan, Seririt, Buleleng. Bagi yang senang dengan perjalanan spiritual, pura ini mungkin perlu dimasukan ke daftar perjalanan anda.

Pura ini berada di wilayah perbukitan yang cukup tinggi, untuk sampai ke pura ini anda harus menaiki anak tangga sepanjang 100 meter, lumayan melelahkan.

Sampai di atas kita akan disuguhi oleh pemandangan asri nan alami karena di sekitar pura ini dikelilingi oleh bukit-bukit yang tinggi.

Berdirinya Pura Purohita
Berdirinya pura purohitan ini merupakan petunjuk dari Pinisepuh Puri Agung Dharma Giri Utama kepada Jero Mangku Pasek Muti Murwo Kuncoro dan semeton puri.

Diceritakan sebelum pendirian Pura Purohita berdiri, telah bermunculan dengan sendirinya  Pratima  di ruang suci Puri Agung Dharma Giri Utama di mana Puri tersebut adalah kediaman Pinisepuh.

Manakala Pura telah cukup untuk melinggihkan semua Pratima, maka semua simbol dari para Dewa dan Bhatara tersebut sekarang sudah distanakan di Purohita Pura.

Adapun Pratima/Arca tersebut adalah: Brahma, Wisnu, Siwa. Hyang Sabdapalon (Sadasiwa), Hyang Petruk (Wisnu), Brahmaraja, Siwa Nataraja, Ratu Mas Magelung, Durgapati, Dewa Bumi beserta pedang Dewa Bumi, Tribhuwana Tungga Dewi, Dewi Gayatri, Dewi Suhita, Ganeshakala, Ghanapati, Sri Ganesha, Dewi Yulan, Dewi Maheswari, Prabu Airlangga, Mpu Kuturan, Mpu Bharadah.

Menurut Jero Mangku Pasek Mukti Murwo Kuncoro, bahwa pada awalnya pembangunan tempat suci ini adalah puri, namun konsepnya adalah pura.

Tujuan dari pendirian pura ini adalah untuk memfasilitasi dan mendekatkan masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan sembahyang dan yoga semadhi.

gambar pura purohita
gambar pura purohita


Lingga Masuk Rekor Muri
Pada tanggal 10 april 2015 Museum Rekor Indonesia (MURI) menobatkan lingga di pura Purohita sebagai lingga siwa tertinggi di dunia.

Dengan tinggi lingga setinggi 5,92 meter dengan keliling lingkaran mencapai 8,70 meter.

Bajra Winara Pitu Dari Dhang Hyang Sidhimantra
Winarah Pitu merupakan duwe dari Dhang Hyang Sidhimantra yang dipergunakan dalam sejarah Pujawali Eka Dasa Rudra. Tempat penarikan bajra Winarah Pitu oleh Bhatara Raja yang kini menjadi Telaga Bajra Murthi.
  
Telaga Bajra Murthi kini digunakan untuk menyucikan bajra winara pitu.

Munculnya Telaga Segara Urip
Telaga segara urip awalnya merupakan telaga yang sudah mati selama lebih dari seratus tahun.
Pada saat pembangunan pura airnya muncul kembali, dan pada saat pengerjaan telaga airnya menghilang dan setelah selesai airnya muncul kembali.

Di pura purohitan juga terdapat tempat melukat yang berasal dari delapan pancuran yang tirtanya berasal dari satu sumber

Dinamakan Astha Gangga, adalah delapan pancuran yang tirtanya berasal dari satu sumber, namun sering dilaporkan rasa dan bau berbeda. Terkadang bau busuk, manis, pahit, sepet, lengket, dll.

inih Sepuh Puri Agung Dharma Giri Utama I Gusti Agung Yudistira mengatakan, Lingga berwarna hitam yang dibalut dengan bendera merah putih di tengahnya ini banyak terkandung makna nasionalisme.Mengingat simbol-simbol negara dalam sejarahnya berkaitan erat dengan konsep sastra Hindu.

Melalui simbol kenegaraan yang ada pada Lingga ini kami berharap supaya umat Hindu tetap fleksibel dan saling menghargai perbedaan. Lingga tertinggi ini sebagai kekuatan dan energi, agar dapat menyatukan kebersamaan berdasarkan nilai-nilai Pancasila.